Phobia merupakan rasa takut yang
berlebih-lebihan dan berkepanjangan karena rasa takut yang sangat tidak
rasional. Phobia kebanyakan dialami oleh perempuan meskipun para laki-laki pun
juga ada yang mengalami phobia. Banyak sekali jenis dari phobia, diantaranya:
Acrophobia / Hypsophobia; Ketakutan pada tempat yang tinggi, Antlophobia;
Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir, Amaxophobia; Ketakutan
berkendaraan, Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut
untuk menyeberang, Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air, Insectaphobia;
takut pada insect, dan ketakutan pada buah-buahan, seperti rambutan, durian,
pisang, jeruk, dll. Biasanya orang yang menderita phobia, ketika dia menemukan
atau berjumpa dengan hal yang ditakutinya maka akan berteriak sekeras mungkin,
berlari, mencari perlindungan kepada orang lain, menangis, bahkan ada juga yang
pingsan. Phobia dapat disembuhkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah
terapi.
a. Pengertian Fobia
Phobia merupakan salah satu
bentuk gangguan emosional, pada umumnya diderita oleh orang yang kurang mampu
mengendalikan diri untuk berbuat emosional. Dikatakan gangguan emosi apabila
orang yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan emosi tertentu, sehingga
mempengaruhi perilaku yang tidak wajar, misalnya takut yang apabila tidak
sanggup mengendalikannya akan menjadi phobia.
Phobia berhubungan dengan
kecemasan, tetapi ada ada dua hal yang membedakan phobia dengan kecemasan
yaitu:
a. phobia merupakan ketakutan yang tidak
beralasan, takut akan suatu objek.
b. mereka tidak mengembangkan pikiran yang
logis tetapi merupakan perbuatan luar batas, lepas dari keadaan perimbangan.
(RobertPriest, 1994:19)
Menurut Sudarsono, phobia adalah
ketakutan, gamang, perasaan takut yang tak terkendalikan yang disebabkan oleh
gangguan kejiwaan atau sifat-sifat terhadap situasi yang seringkali tanpa
alasan yang dapat diterima oleh akal. (Sudarsono: 1996, hal. 179-180)
Menurut Kartini Kartono, dalam
bukunya Patologi Sosial 3, phobia adalah ketakutan atau kecemasan yang
abnormal, tidak rasional dan tidak bisa di kontrol terhadap situasi atau objek
tertentu merupakan ketakutan khas neurotik. Sebagai simbol dari konflik-konflik
neurotis, yang kemudian menimbulkan ketakutan dan kecemasan. (Kartini Kartono,
2000:108).
Phobia merupakan kelakuan atau
kecemasan khas neurotis dan merupakan simbol dari konflik-konflik neurotis yang
menimbulkan macam-macam bentuk kecemasan dan ketakutan.
Menurut Zakiyah Darajat dalam
bukunya “Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat”, menjelaskan
tentang phobia yaitu ketakutan yang dianggap sebagai tanda penyakit tidak
wajar, si penderita tidak tahu sebab dan tidak sanggup menguasai sikapnya,
disamping itu ia merasa bahwa dalam berbagai situasi kelakuannya menimbulkan
ketakutan dan kecemasan serta menyebabkan tertawaan orang. (Zakiah Derajat,
1977). Sedangkan menurut Dadang Hawari,
phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek,
aktivitas/situasi yang spesifik, yang menimbulkan suatu keinginan mendesak atau
menghindarinya. (Dadang Hawari. 2007. hal. 64)
Ada dua teori fobia umum
non-psikoanalitis yang telah mencapai status “praktis”. Yang pertama adalah
teori biologi yang mengasumsikan bahwa fobia (misalnya perasaan takut pada ular
atau laba-laba atau tempat yang tinggi) merupakan sisa-sisa dari proses evolusi
kita dimasa lalu dan mengacu pada bahaya nyata yang dihadapi oleh para
pendahulu kita. Pandangan nonpsikoanalitis kedua
adalah sebuah teori “trauma” sederhana. Yang telah memperoleh kredibilitas
puncaknya saat dipergunakan sebagai dasar sebuah serial televisi BBC. Misal
seorang anak takut pada anjing karena saat dia masih kecil, ada seekor anjing
msuk ke dalam kereta dorongnya dan menakutinya.
Fobia merupakan suatu tanggapan
terkondisi terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Teori trauma
dipergunakan untuk menjelaskan motivasi para tokoh tersebut atau ntuk
memperoleh resolusi naratif. (Ivan ward, 2001, hal 12-13)
Fobia adalah reaksi ketakutan
yang hebat (abnormal) terhadap situasi atau benda yang khusus. (Yustinus
Semiun, OFM 2006, Hal 323)
Fobia adalah rasa takut yang kuat
dan menetap serta tidak sesuai dengan stimulus, tidak rasional bahkan bagi si
penderita sendiri, yang menyebabkan penghindaran objek maupun situasi yang
ditakuti tersebut.(David A. tomb 2000,hal 100)
Dari beberapa definisi di atasat
disimpulkan bahwa fobia adalah gangguan emosional berupa ketakutan yang
menetap, gamang, perasaan takut yang tak terkendalikan, ketakutan atau
kecemasan yang abnormal dan tidak rasional terhadap situasi atau objek sehingga
mempengaruhi perilaku yang tidak wajar dan cenderung menghindari objek maupun
situasi tersebut. Ketakutan ini merupakan penyakit yang tidak wajar karena si
penderita tidak tahu sebab ketakutannya dan tidak sanggup menguasai sikapnya.
b. Klasifikasi fobia
Fobia adalah ketakutan spesifik
yang menetap dan terfokus pada situasi, kejadian, atau benda spesifik yang
memicu respon cemas yang tidak disadari. Timbul cemas berat jika muncul pemicu spesifik,
dan aspek integral pada fobia sering berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
hal-hal yang memalukan diri sendiri sewaktu serangan timbul. Jika rangsangan
pemicu sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, kehidupan
sosial, dan hubungan interpersonal dapat sangat terganggu.
Fobia mencakup:
1. Fobia spesifik (sederhana), misalnya
ketakutan umum terhadap laba-laba, ketinggian, ruang tertutup, terbang, petir,
dll
2. Agorafobia, yang didefinisikan dalam
Diagnostic and Statistical Manual (Ed. Ke-4 1994, DSM-IV) dari American
Psychiatric Association, sebagai rasa takut berada di tempat atau situasi,
ketika meloloskan diri dianggap sulit atau memalukan, atau ketika pertolongan
mungkin tidak diperoleh jika ia mengalami seangan panik atau gejala mirip
panik.
3. Fobia sosial, yang sering ditandai oleh
ketakutan “mempermalukan diri sendiri” dan mungkin berkaitan dengan ketakutan
akan perilaku tidak pantas, tidak tahu harus mengatakan apa, malu melakukan
kontak mata, dan takut ditolak. Seringkali timbul perilaku menghindar yang
menyebabkan isolasi sosial yang kemudian menimbulkan perasaan ditolak. Serangan
panik dan depresi sering menyertai fobia sosial.
Fobia sederhana ditandai oleh
kontak atau antisipasi kontak dengan benda atau situasi yang ditakutkan adalah
yang paling ditakuti, sedangkan fobia soial ditandai oleh kunci ketakutan yang
paling sering berupa anggapan pandangan negatif oleh orang lain serta
konsekuensinya. Umumnya pada fobia sederhana strategi utama yang digunakan oleh
pasien adalah menghindar secara nyata, sementara pada fobia sosial sering
menggunakan perilaku menghindar yang nyata dan samar serta pemakaian zat (yi.
alkohol) untuk mengatasi situasi cemas, penyakit (klasifikasi penyakit).(Chris
Brooker 2008, hal 134)
c. Fakto-faktor penyebab phobia
1. Pernah mengalami ketakutan hebat,
pengalam traumatis atau shock yang hebat.
2. Pengalaman asli ini tidak dibarengi oleh
rasa malu dan rasa bersalah, kemudian semuanya ditekan (represed) untuk
melupakan kejadian-kejadian tersebut. (pengalaman asli ini dibarengi dengan
perasaan malu dan bersalah lalu ditekan kedalam ketidak sadaran untuk
melupakannya).
3. Jika mengalami rangsangan (stimulus) yang
serupa, maka timbul respon ketakutan bersyarkat kembali, sungguhpun peristiwa
pengalaman yang asli dilupakan. Respon-respon pengalaman hebat selalu timbul
kembali, waktupun ada usah-usaha untuk menekan dan melenyapkan respon tersebut.
(Kartini Kartono: 2002, hal. III) (jika mengalami rangsangan serupa, timbullah
kekuatan yang bersyarat. Respon ketakutan hebat selalu muncul kembali walaupun
ada usaha-usaha untuk menekan atau melenyapkan respon-respon tadi kedalam
ketidak sadaran.
Dari uraian diatas dijelaskan
tentang penyebab kenapa orang bisa sampai mengalami phobia. Jika kita mengamati
salah satu penyebab phobia adalah pernah mengalami ketakutan yang hebat.
d. Gejala-gejala phobia
W. F. Maramis menjelaskan
diantara gejala-gejala atau simptom-simptom phobia adalah rasa takut yang
diderita oleh klien dapat mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa
lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor, dan panik. (W. F Maramis: 1994,
hal. 267)
Menurut A. Supratiknyo, biasanya
disertai simptom-simptom lain seperti : pusing-pusing, sakit punggung, sakit
perut dan sebagainya. (A. Suproktinyo: 1995, hal. 43)
Bila seseorang yang menderita phobia
melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia),
gejalanya adalah sebagai berikut:
* Jantung berdebar kencang
* Kesulitan mengatur napas
* Dada terasa sakit
* Wajah memerah dan berkeringat
* Merasa sakit
* Gemetar
* Pusing
* Mulut terasa kering
* Merasa perlu pergi ke toilet
* Merasa lemas dan akhirnya
pingsan.
(http://bchymera.blogspot.com/2010/03/fobia-dan-cara-mengatasinya.html)
Referensi lain menyebutkan ada beberapa
gejala yang dapat menunjukkan fobia, seperti yang disebutkan oleh American
Psychiatric Association:
* Perasaan teror, panik, horor,
atau ketakutan.
* Pemahaman diri bahwa rasa takut
melampaui bahaya yang sebenarnya.
* Ketakutan yang begitu ekstrem
sehingga mengganggu pikiran dan tindakan.
* Gejala fisik seperti rasa sesak
napas, jantung berdetak cepat atau gemetar.
* Keluar dari situasi yang selama
ini memicu fobia, seperti terbang.
(http://www.go4healthylife.com/articles/3306/1/Apakah-Anda-Merasakan-Fobia-Ini-Gejalanya/Page1.html)